Barusan saya liat acara dokumenter di MetroTV, dan salah satu pernyataan yang paling "menggugah" saya bahwa ternyata dalam DNA seluruh manusia di bumi, keragaman yang ditemukan cuma 0,01% dari seluruh rangkaian gen. Jumlah keragaman ini lebih sedikit daripada keragaman genetika yang ditemukan di koloni simpanse pada satu kawasan hutan saja.
Sangat mengherankan, melihat semua jenis manusia di dunia dengan beragam warna kulit, rambut, bentuk muka, tinggi badan, bentuk mata, bahkan pemikiran dsb, ternyata perbedaan2 tersebut cuma "sedalam kulit".
Sisa acara dokumenter yang saya liat itu lebih membahas teori tentang bagaimana "ketidakberagaman" itu terjadi, terutama teori tentang ledakan gunung berapi super di danau Toba yang membuat sebagian besar manusia bumi punah dan cuma menyisakan beberapa ribu manusia di afrika timur yang jadi nenek moyang semua manusia di bumi sekarang.
Hal yang lebih saya pikirkan, yaitu kenyataan bahwa ternyata semua manusia di bumi hampir sama. Secara genetik hanya ada maksimal 0,01% perbedaan. Lalu kenapa kita sangat berbeda?? Guru biologi saya di SMA mengatakan bahwa yang membentuk ciri khas suatu individu itu faktor genetik dan lingkungan. Kalo secara genetik kita sama, berarti perbedaannya cuma pada faktor lingkungan.
Kalo ternyata orang indonesia dianggap kurang produktif dibanding orang jepang misalnya, ternyata yang membentuknya cuma faktor lingkungan. Kalo pikiran kita kurang kritis dibandingkan orang eropa misalnya, ternyata yang membentuknya juga faktor lingkungan. Lingkungan kita yang mayoritas tidak terbiasa bekerja dengan dedikasi tinggi dan berpikir secara kritis dan logis. Lingkungan yang bagaimanapun juga adalah lingkungan kita, lingkungan yang sebaiknya dan seharusnya bisa kita rubah.
July 7, 2008
July 4, 2008
black sheep and the lessons..
Hari ini, hampir 3 minggu sejak panggilan wawancara kerja pertama saya. Tapi sampai sekarang masih ga ada panggilan lagi. Yah okelah, kayaknya saya emang g diterima. Walaupun berat, saya dah ikhlasin. Kenapa berat? yaa, kapan lagi sih ada kerjaan part time yang oke di kota ini. i got the chance.. but, too bad i missed it.
Kayaknya semua syarat2 udah lengkap, proses wawancaranya juga lumayan lancar,, mungkin yang bikin saya gagal itu di ultimate question dari si pewawancaranya: "Jadi, klo anda diterima disini berapa gaji yang anda harapkan??" Dengan penuh pede saya menyebutkan nominal yang lumayan besar..
Oke, seseorang pernah ngomong dengan saya, klo anda mencoba pertama kali, itu belum bisa dikatakan gagal. Berarti saya nggak gagal dong? mungkin masih belum saatnya aja.. dan well, at least i can learn something from it. Dan pelajaran yang paling saya ingat: Jangan minta bayaran gede klo kerjanya part-time, apalagi di tempat kecil. :)
Kayaknya semua syarat2 udah lengkap, proses wawancaranya juga lumayan lancar,, mungkin yang bikin saya gagal itu di ultimate question dari si pewawancaranya: "Jadi, klo anda diterima disini berapa gaji yang anda harapkan??" Dengan penuh pede saya menyebutkan nominal yang lumayan besar..
Oke, seseorang pernah ngomong dengan saya, klo anda mencoba pertama kali, itu belum bisa dikatakan gagal. Berarti saya nggak gagal dong? mungkin masih belum saatnya aja.. dan well, at least i can learn something from it. Dan pelajaran yang paling saya ingat: Jangan minta bayaran gede klo kerjanya part-time, apalagi di tempat kecil. :)
Kenapa pake mahasiswa di acara komedi??
Acara2 macam republik BBM, republik mimpi, democrazy menurut saya gak lebih dari acara komedi semata. Walaupun ada unsur-unsur politiknya,tapi politik yang ditampilkan juga dikit dan cetek banget.
Lalu kenapa penontonnya harus dari mahasiswa?? lelucon yang ditampilkan disana juga bukan lelucon yang "pintar" yang hanya bisa dicerna oleh kaum berpendidikan (yang dicerminkan dengan mahasiswa tadi). Jadi apa cuma supaya acara itu jadi terangkat prestisenya karena ditonton mahasiswa?
Tambah lagi sekarang acara yang benar2 "komedi bgt" empat mata ikut2 ditonton mahasiswa secara berombongan (baru-baru ini dari UB juga). Para mahasiswa itu,yang datang jauh2, dngan bangganya pake jas almamater, yang menandakan statusnya sebagai mahasiswa itu.
Yang lebih menyebalkan, mahasiswa di acara2 tadi gak lebih cuma sebagai orang yang nonton sambil ketawa2 saja. Saya pikir ga perlu menonjolkan status sebagai mahasiswa kalo disana cuma nonton dan ketawa2 saja.
Oke, acara2 itu emang bagus, menarik, dan saya sendiri juga sering nonton (acara 4 mata malah sering banget nonton,hampir tiap tayang). tapi pas nonton itu, saya bukan sebagai mahasiswa yang pake jas almamater, tapi sebagai orang biasa yang butuh hiburan.
Saya pingin masa bodoh dan sok2 nggak tau, tapi tetep.. karena saya mahasiswa juga, saya merasa bahwa mahasiswa yang pake jas almamater di acara komedi agak merendahkan.
Lalu kenapa penontonnya harus dari mahasiswa?? lelucon yang ditampilkan disana juga bukan lelucon yang "pintar" yang hanya bisa dicerna oleh kaum berpendidikan (yang dicerminkan dengan mahasiswa tadi). Jadi apa cuma supaya acara itu jadi terangkat prestisenya karena ditonton mahasiswa?
Tambah lagi sekarang acara yang benar2 "komedi bgt" empat mata ikut2 ditonton mahasiswa secara berombongan (baru-baru ini dari UB juga). Para mahasiswa itu,yang datang jauh2, dngan bangganya pake jas almamater, yang menandakan statusnya sebagai mahasiswa itu.
Yang lebih menyebalkan, mahasiswa di acara2 tadi gak lebih cuma sebagai orang yang nonton sambil ketawa2 saja. Saya pikir ga perlu menonjolkan status sebagai mahasiswa kalo disana cuma nonton dan ketawa2 saja.
Oke, acara2 itu emang bagus, menarik, dan saya sendiri juga sering nonton (acara 4 mata malah sering banget nonton,hampir tiap tayang). tapi pas nonton itu, saya bukan sebagai mahasiswa yang pake jas almamater, tapi sebagai orang biasa yang butuh hiburan.
Saya pingin masa bodoh dan sok2 nggak tau, tapi tetep.. karena saya mahasiswa juga, saya merasa bahwa mahasiswa yang pake jas almamater di acara komedi agak merendahkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)